Senin, 26 November 2012

buat anak-anak didikku


CATATAN BUAT ANAK-ANAKKU

Engkau laksana embun penyejuk
Dalam kehausan….
Engkau patriot pahlawan bangsa
Ya…alunan itu berkumandang kembali
Lagu itu merdu terdengar
Yang dilantunkan bocah-bocah putih biru

akankah ketulusan itu
Sesuai dengan alunan lagu
Atau hanya ukiran dari bibir mungil
Aku tak tahu….
Aku tak bisa duga apa yang ada dalam batinmu
Yang kutahu hanyalah memberimu ilmu dan bimbingan

Terkadang teringat ocehan nakalmu
Kala kuajarkan ilmu padamu
Terkadang  terbayang usilmu kepada teman-temanmu
Tatkala aku ingin kau mengerti
Apa yang kusampaikan
Ah, sudahlah….
Kelak kau akan mengerti apa yang kumau padamu
Nanti….jika kau tinggalkan sekolah ini
Jika kau hidup dengan orang-orang baru
Yang kelak kau harus beradaptasi dengan mereka
Atau apabila setiap orang angkat topi memandangmu
Atau…..setelah aku tiada

Tak banyak yang kumau darimu
Aku hanya ingin kau hidup lebih baik dariku
Cita-citamu tercapai….
Angan-anganmu tergapai…
Title sukses kau sandang
Kelak aku akan bangga melihatmu

Mari, nak….
Raih cita-citamu
Tapi kau harus berjuang  sayang
Kau harus bisa bersaing dengan orang-orang pintar
Supaya kau juga disebut orang pintar.
Kau harus bisa kalahkan sainganmu yang jumlahnya ribuan bahkan jutaan
Supaya kau bisa disebut pemenang
Kau harus belajar dan terus belajar
Karena akan muncul orang-orang pintar lainnya
Yang kelak menjatuhkan kepintaranmu

Tapi, nak….
Sujud dan syukur pada Sang khalik jangan kau lupa
Seberapa besar ambisimu akan sia-sia
Tanpa ruku’ pada Nya

Tak banyak pintaku padamu
Aku hanya ingin kau lebih baik dariku
(26 November 2012 by salamah)




Minggu, 25 November 2012

tulisan di hari guru


Tulisan di Hari Guru

Walau tak ada upacara
Walau tak ada ceremonial
Semua orang akan berkata hari ini hari guru

Tanggal 25 November
Semua orang menikmatinya
Ada yang di rumah
Ada yang berlibur
Ada yang bersilaturahmi
Dan segudang aktivitas lain
Karena hari ini adalah hari minggu

Banyak spanduk terpajang
Ucapkan selamat hari guru
Banyak juga sms dengan ucapan yang sama
Akankah hanya ucapan belaka

Kurenung kembali
apa yang telah kuberikan pada anak bangsa
apa yang telah kuajarkan pada mereka
apakah telah merubah sikap dan tingkah laku menjadi baik
apakah telah membuat mereka mampu bersaing di era ini

zaman menuntut pendidikan berkarakter
zaman menuntut anak-anak berakhlak mulia
zaman meminta para guru meningkatkan tutwuri handayani
karena zaman dapat menciptakan keedanan anak bangsa

ilmu saja tak cukup buat anak pintar
ilmu saja tak mampu buat anak cerdas
tapi ilmu perlu pendampingan
ilmu yang diberikan perlu bimbingan
agar ilmu tak salah arah

di hari guru ini
mari kita berikan perhatian yang lebih baik
lebih baik dari kemarin
lebih indah dari kemarin
lebih menyenagkan dari kemarin
lebih kreatif dari kemarin
sehingga penghuni istana pendidikan
semakin terdepan dan berakhlak mulia


Selasa, 30 Oktober 2012

kegiatan SMP Negeri 1 Tebingtinggi Sumut

kunjungan walikota tebingtinggi bapak H. Umar junaidi ke SMP Negeri 1 Tebinggi Sumut

kunjungan siswa SMP Negeri 1 tebingtinggi ke pabrik Sosro Tanjung Morawa Sumut

senam pagi setiap Jumat di SMP Negeri 1 tebinggi Sumut

my son in albarokah simalungun sumut

my son, ridil munadi stayed in Islamic Boarding School Albarokah Simalungun Sumatera Utara. I hope you can take your dreamed. have a nice day and enjoy with your classroom.

pulang kampung

Kalau anak-anak kota pulang kampung pasti tujuannya mandi sungai
Beginilah kalau mereka pulang kampung asyik…..sekali menikmati jernihnya dan kedangkalan air sungai pasir bara di batu pulut tapanuli selatan alam yang teduh dan sejuk tak dijumpai mereka di kota wajar….kalau mereka sangat menikmatinya. hai……lupa pakai baju tuh…..woi……senangnya……. ayo siapa yang ingin menikmati alam yang segar silahkan ke desa

lesson plan human respiratory system

LESSON PLAN
School : Junior High School
Subject : Science-Biology
Grade/semester : VIII /First
Chapter : 1.5. Human Respiratory System
Time Allocation : 4 X 40 minutes
A. STANDARD COMPETENCE
1. Understanding the various system in human life
B. BASIC COMPETENCE
1.5. To describe human respiratory system and it’s relationship and health
C. INDICATOR
1. Explain the organs that construct the human respiratory system and it’s function
2. Compare inspiration and expiration process
3. Compare breast breathing and abdominal breathing
4. Explain the human respiratory system disorder in our daily life and how to fix it
C. LEARNING OBJECTIVES
The students are able to:
1 Explain the organs that construct the human respiratory system and it’s function (religious, having healthy, curious)
2. Compare inspiration and expiration process (honesty and curious)
3. Compare breast breathing and abdominal breathing (religious)
4. Explain the human respiratory system disorder in our daily life and how to fix it (honesty and confident)
D. LEARNING MATERIALS
1. The organs that construct the human respiratory system and it’s function.
2. The inspiration and expiration process.
3. The breast breathing and abdominal breathing.
4. The human respiratory system disorder in our daily life
E. LEARNING METHOD / LEARNING MODEL
MODEL:
§ Cooperative learning
§ Direct instruction
METHOD:
§ Information discussion
§ Experiment
F. LEARNING ACTIVITIES
FIRST MEETING
a. Introduction
§ Motivation and apperception :
v How do you feel if we are in the closed room?( having healthy)
v What do we take out when we are breathing? (curious)
§ Prerequisite knowledge
v What do you know about respiration? (curious)
v What do you know about expiration process? (curious)
§ Experiment Pre-request
Be careful in conducting an experiment
b. Main Activities
· Student divided into six groups.
· student have seat in a group, one of the student in group take a materials to prepare an experiment and worksheet.
· The teacher presenting information about the organs that contract the human respiratory system and its function.(curious)
· Student performance an experiment to observe thing that contained in expiration.(curious, honesty, thinking logically, critically, creatively, innovatively, autonomy, confident, disciplined)
· Student performance an experiment to observe a n inspiration and expiration process (curious, honesty, thinking logically, critically, creatively, innovatively, autonomy, confident, disciplined)
· The teacher presenting information about compare inspiration and expiration process.(social and environmental care, religious)
· The teacher ascertains that all students already know the correct information (confident).
c. Closing Activities
· The teacher evaluation students with giving an oral question around the objective to reach for.
· The teacher guides student to make a conclusion about the lesson.
· The teacher reminds student to prepare an experiment for the next meeting.
SECOND MEETING
a. Introduction
§ motivation and apperception :
v Motivation
- The consequences of smoking (having healthy)
v Prerequisite knowledge
- The substance contained of cigarette.
v Presenting learning material last week.
§ Experiment pre requisite
- Be careful in conduction an experiment
b. Main Activities
§ Student divided into six groups.
§ student have seat in a group, one of the student in group take a materials to prepare an experiment and worksheet.
§ Student performance an experiment to observe a breast breathing and abdominal breathing. (curious, honesty, thinking logically, creatively, confident, disciplined)
§ Discussion about the human respiratory system disorder in our daily life and how to fix it(democracy, responsible, courteous)
§ Each group going around the class to give an argument each other (appreciation of diversity)
§ The teacher ascertains that the entire group knows the correct answer.
c. Closure
§ Teacher evaluation student with giving an oral question around the objectives to reach for.
§ give reward for student or group which presents a good performance
§ Teacher guides student to make a conclusion about the lesson.
G. LEARNING SOURCES
a. Student book from directorate of Junior High School Development .
b. Student work sheet.
c. Experimental equipment and materials.
d. Reference book.
e. Charta, torso.
H. ASSESSMENT
Indicators of Achievement Assessment
Technique Types of Instrument Example of items
To explaining the organs that construct the human respiratory system and its function
(religious,
having healthy, honesty, confident)
To compare inspiration and expiration process
( honesty, thinking logically, critically, creatively, innovatively)
To compare breast breathing and
abdominal
breathing
(honesty,
responsible)
To mention the human respiratory system disorder in our daily life and how to fix it honesty,
responsible)
Written test
Written test
Written test
Paper test Multiple choice
essay
essay
portofolio Gas exchange with diffusion happen in…
a. alveolus c. broncus
c. trachea d. pulmo
make a scheme of inspiration and expiration process
Write down the various kind of respiration based on its method! explain
give two example of human respiratory disorder and how to fix it!

MAKNA GAMES DI BIMTEK RSBI JULI 2010

Sesuatu itu akan berhasil bila punya landasan yang kokoh. Bila dasarnya tidak kuat hasilnya akan mudah rubuh. Begitu juga bila kita mendidik anak maupun siswa di sekolah, harus ada dasar yang kuat sehingga anak tidak mudah dipengaruhi lingkungan. Modal utama berasal dari rumah terutama penanaman iman dan taqwa. Ini ditampilkan pada games ESQ saat BIMTEK RSBI di Mars Cisarua Bogor(7 – 12 Juli 2010)




Usaha Meningkatkan Berpikir Kritis dan Kreatif Bagi Siswa SMP Melalui Pengembangan Kurikulum khususnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Mata pelajaran biologi diberikan kepada peserta didik dengan cara menngali kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Dalam membelajarkan biologi kepada siswa, apabila guru masih menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran biologi cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta didik (siswa) merasa jenuh dan tersiksa. Oleh karena itu dalam membelajarkan biologi kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar . Berdasarkan penjelasan di atas sebaiknya RPP yang dibuat oleh guru dikembangkan agar siswa dapat berpikir kritis dan kreatif.
B. Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran agar dapat menerapkan pendekatan, strategi, metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan materi pembelajaran sehingga harapan kita agar siswa dapat berpikir kritis dan kreatif dapat tercapai.
Bab II
Pembahasan
A.Berpikir kritis
Pengertian berpikir ada yang menganggap sebagai suatu proses asosiasi saja; pandangan semacam ini dikemukakan oleh kaum Asosiasionist. Sedangkan Kaum Fungsionalist memandang berpikir sebagai suatu proses penguatan hubungan antara stimulus dan respons. Diantaranya ada yang mengemukakan bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan psikis untuk mencari hubungan antara dua objek atau lebih. Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item (Khodijah, 2006:117). Sedangkan menurut Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip Khodijah, 2006:117) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Solso (1998 dalam Khodijah, 2006:117) berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah. Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu (1) berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, (2) berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52 dalam http://www.andragogi.com) di dalam diri seseorang.
Menurut Edward de bono (dalam kemampuan berpikir kritis, kreatif dan proaktif,2008,diakes tanggal 16 September 2010 melalui http://www.smartfm.co.id/) ada 3 tingkatan kualitas otak dalam berpikir yang pertama adalah berpikir Kritis, yang lebih tinggi lagi adalah berpikir kreatif dan yang paling tinggi adalah berpikir Pro aktif. Kritis adalah suatu pola tingkatan berpikir kita yang selalu dapat melihat sisi-sisi kekurangan dari sebuah konsep atau pemikiran; terutama konsep dan pemikiran orang lain. Oleh karena itu pada tingkatan berpikir Kritis seseorang akan selalu melakukan Kritisi terhadap konsep atau hasil karya orang lain tanpa bisa memberikan solusinya. Kreatif adalah suatu pola tingkatan berpikir kita yang tidak hanya bisa melihat sisi lemah sebuah konsep atau pemikiran namun sekaligus ia juga bisa mengusulkan berbagai ide yang dapat digunakan sebagai pemecahannya. Oleh karena itu pada tingkatan berpikir kreatif seseorang tidak hanya berhasil menemukan sisi lemah dari sebuah konsep namun juga melahirkan konsep-konsep baru yang jauh lebih sempurna.
Salah satu contoh buah pemikiran kreatif yang luar biasa adalah Kecerdasan Beragam atau Multiple Intelligence; yang dicetuskan oleh Howard Gardner pada tahun 1983. Tingkatan yang paling tinggi dari semuanya adalah cara berpikir proaktif; Proaktif adalah suatu tingkatan pola berpikir manusia yang bisa memprakirakan hal-hal apa mungkin menjadi permasalahan manusia dimasa mendatang dan mulai mempersiapkan solusinya sejak masa sekarang (berpikir kritis, kreatif dan proaktif,2008,diakes tanggal 16 September 2010 melalui http://www.smartfm.co.id/).
Ada lagi sebuah pemikiran yang luar biasa dasyat tentang berpikir proaktif ini telah dituangkan kedalam buku yang berjudul “Management by Two Thousand XXX” karangan George Berner.
George Berner secara garis besar melukiskan kemajuan perjalanan teknologi manusia sampai dengan tahun 2500 an, buku yang luar biasa dasyat ini telah melahirkan sebuah prediksi pemikiran bahwa pada tahun 2500; manusia sudah akan mulai bermigrasi ke Planet Mars, karena pada tahun 2400an ; manusia telah berhasil menciptakan teknologi pengatur Iklim, hal ini terjadi setelah kira-kira tahun 2300an manusia telah bisa membuat sistem tata udara dst…..
Anda mungkin bisa saja berpikir bahwa….”ah itu kan hanya sebuah khayalan dan impian manusia saja….?”
Namun ternyata di negara maju, buku ini telah mengispirasi banyak Ilmuan dan peneliti untuk semakin giat melakukan berbagai riset dan penelitiannya.
Sementara bangsa-bangsa lain sudah berada pada tingkatan berpikir Pro Akti jauh kedepan memikirkan suatu proses migrasi manusia untuk membentuk sebuah kehidupan baru di Planet Mars, sudah berada dilevel manakah pola berpikir mayoritas bangsa kita saat ini ?
sistem pembelajaran yang diterapkan di sekolah pada umumnya yang cenderung bersifat hafalan ini telah membuat anak-anak kita sulit sekali untuk bisa mencapai tingkat berpikir kritis.
Menurut Ennis (dalam Hassoubah, 2004), berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut :
(1). Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.
(2). Mencari alasan.
(3). Berusaha mengetahui informasi dengan baik.
(4). Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya.
(5). Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.
(6). Berusaha tetap relevan dengan ide utama.
(7). Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.
8). Mencari alternatif
(9). Bersikap dan berpikir terbuka.
(10). Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.
(11). Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.
(12). Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah.
Indikator kemampuan berpikir kritis yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 1 adalah mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 3, 4, dan 7 adalah mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu masalah. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 2, 6, dan 12 adalah mampu memilih argumen logis, relevan dan akurat. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 8 dan 10, dan 11 adalah mampu mendeteksi bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 5 dan 9 adalah mampu menentukan akibat dari suatu pernyataan yang diambil sebagai suatu keputusan.
Beyer (dalam Hassoubah, 2004) mengatakan bahwa keterampilan berpikir kritis meliputi beberapa kemampuan sebagai berikut :
(1) Menentukan kredibilitas suatu sumber.
(2). Membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan.
(3). Membedakan fakta dari penilaian.
(4). Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan.
(5). Mengidentifikasi bias yang ada.
(6). Mengidentifikasi sudut pandang.
(7). Mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.
Sementara itu Ellis (dalam Rosyada, 2004) mengemukakan bahwa
keterampilan berpikir kritis meliputi kemampuan-kemampuan sebagai berikut :
(1). Mampu membedakan antara fakta yang bisa diverifikasi dengan tuntutan nilai.
(2). Mampu membedakan antara informasi, alasan, dan tuntutan-tuntutan yang relevan dengan yang tidak relevan.
(3). Mampu menetapkan fakta yang akurat.
(4). Mampu menetapkan sumber yang memiliki kredibilitas.
(5). Mampu mengidentifikasi tuntutan dan argumen-argumen yang ambiguistik.
(6). Mampu mengidentifikasi asumsi-asumsi yang tidak diungkapkan.
(7). Mampu menditeksi bias.
(8). Mampu mengidentifikasi logika-logika yang keliru.
(9). Mampu mengenali logika yang tidak konsisten.
(10). Mampu menetapkan argumentasi atau tuntutan yang paling kuat.
Sementara itu Ellis (dalam Rosyada, 2004) mengemukakan bahwa
keterampilan berpikir kritis meliputi kemampuan-kemampuan sebagai berikut :
(1). Mampu membedakan antara fakta yang bisa diverifikasi dengan tuntutan nilai.
(2). Mampu membedakan antara informasi, alasan, dan tuntutan-tuntutan yang relevan dengan yang tidak relevan.
(3). Mampu menetapkan fakta yang akurat.
(4). Mampu menetapkan sumber yang memiliki kredibilitas.
(5). Mampu mengidentifikasi tuntutan dan argumen-argumen yang ambiguistik.
(6). Mampu mengidentifikasi asumsi-asumsi yang tidak diungkapkan.
(7). Mampu menditeksi bias.
(8). Mampu mengidentifikasi logika-logika yang keliru.
(9). Mampu mengenali logika yang tidak konsisten.
(10). Mampu menetapkan argumentasi atau tuntutan yang paling kuat.
Nickerson (dalam Schfersman,1991) seorang ahli dalam berpikir kritis menyampaikan ciri-ciri orang yang berpikir kritis dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap, dan kebiasaan dalam bertindak sebagai berikut:
(1). Menggunakan fakta-fakta secara mahir dan jujur.
(2). Mengorganisasi pikiran dan mengartikulasikannya dengan jelas, logis atau masuk akal.
(3) Membedakan antara kesimpulan yang didasarkan pada logika yang valid dengan logika yang tidak valid.
(4). Mengidentifikasi kecukupan data.
(5). Memahami perbedaan antara penalaran dan rasionalisasi.
(6). Mencoba untuk mengantisipasi kemungkinan konsekuensi dari berbagai
kegiatan.
(7). Memahami ide sesuai dengan tingkat keyakinannya.
(8). Melihat similiritas dan analogi secara tidak dangkal.
(9). Dapat belajar secara independen dan mempunyai perhatian yang tak kunjung hilang dalam bekerjanya.
(10). Menerapkan teknik problem solving dalam domain lain dari yang sudah dipelajarinya.
(11). Dapat menyusun representasi masalah secara informal ke dalam cara formal .
(12). Dapat menyatakan suatu argumen verbal yang tidak relevan dan mengungkapkan argumen yang esensial.
(13). Mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi dari suatu pandangan.
(14). Sensitif terhadap perbedaan antara validitas dan intensitas dari suatu kepercayaan dengan validitas dan intensitas yang dipegangnya.
(15). Menyadari bahwa fakta dan pemahaman seseorang selalu terbatas, banyak fakta yang harus dijelaskan dengan sikap non inquiri.
(16). Mengenali kemungkinan keliru dari suatu pendapat, kemungkinan bias dalam pendapat, dan mengenali bahaya dari pembobotan fakta menurut pilihan pribadi.
Selain itu, Gokhale (1995) dalam penelitiannya yang berjudul Collaborative Learning Enhances Critical Thinking menyatakan bahwa yang dimaksud dengan soal berpikir kritis adalah soal yang melibatkan analisis, sintesis, dan evaluasi dari suatu konsep. Cotton (1991), menyatakan bahwa berpikir kritis disebut juga berpikir logis dan berpikir analitis. Selanjutnya menurut Langrehr (2006), untuk melatih berpikir kritis siswa harus didorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut : (1) Menentukan konsekuensi dari suatu keputusan atau suatu kejadian; (2) Mengidentifikasi asumsi yang digunakan dalam suatu pernyataan; (3) Merumuskan pokok-popok permasalahan; (4) Menemukan adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda; (5) Mengungkapkan penyebab suatu kejadian; (6) Memilih fakor-faktor yang men.dukung terhadap suatu keputusan
(Kemampuan berpikir kritis dan kreatif, file.upi.edu/ai.php?…File%2024%20Kemampuan%20Berpikir%20Kritis%20dan%20Kreatif%20…diakses pada tanggal 14 September 2010)
Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis. Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang relatif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ini akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.Tujuan berpikir adalah memecahkan permasalahan tersebut. Karena itu sering dikemukakan bahwa berpikir itu adalah merupakan aktifitas psikis yang intentional, berpikir tentang sesuatu. Di dalam pemecahan masalah tersebut, orang menghubungkan satu hal dengan hal yang lain hingga dapat mendapatkan pemecahan masalah.
B. Berpikir kreatif
Menurut Langrehr (2006), untuk melatih berpikir kreatif siswa harus didorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :
Membuat kombinasi dari beberapa bagian sehingga terbentuk hal yang baru; (2) Menggunakan ciri-ciri acak dari suatu benda sehingga terjadi perubahan dari desain yang sudah ada menjadi desain yang baru; (3) Mengeliminasi suatu bagian dari sesuatu hal sehingga diperoleh sesuatu hal yang baru; (4) Memikirkan kegunaan alternatif dari sesuatu hal sehingga diperoleh kegunaan yang baru; (5) Menyusun ide-ide yang berlawanan dengan ide-ide yang sudah biasa digunakan orang sehingga diperoleh ide-ide baru; (6) Menentukan kegunaan bentuk ekstrim dari suatu benda sehingga ditemukan kegunaan baru dari benda tersebut
Selanjutnya menurut Alvino (dalam Cotton, 1991), kreatif adalah melakukan suatu kegiatan yang ditandai oleh empat komponen, yaitu : fluency (menurunkan banyak ide), flexibility (mengubah perspektif dengan mudah), originality (menyusun sesuatu yang baru), dan elaboration (mengembangkan ide lain dari suatu ide).
Rincian cirri-ciri dari fluency, flexibility, originality, dan elaboration dikemukan oleh Munandar (1999), ciri-ciri fluency diantaranya adalah: (1) Mencetuskan banyak ide, banyak jawaban, banyak penyelesaian masalah, banyak pertanyaan dengan lancar; (2) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal; (3) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Ciri-ciri flexibility diantaranya adalah : (1) Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda; (2) Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda; (4) Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. Ciri-ciri originality diantaranya adalah : (1) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik; (2) Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri; (3) Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Ciri-ciri elaboration diantarnya adalah : (1) Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk; (2) Menambah atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
(Kemampuan berpikir kritis dan kreatif, file.upi.edu/ai.php?…File%2024%20Kemampuan%20Berpikir%20Kritis%20dan%20Kreatif%20…diakses pada tanggal 14 September 2010).
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
Menurut Webster’s New Encyclopedic All New 1994 Edition “kritis” (critical) adalah “Using or involving careful judgement” sehingga “berpikir kritis” dapat diartikan sebagai berpikir yang membutuhkan kecermatan dalam membuat keputusan. Pengertian yang lain diberikan oleh Ennis (1996) yaitu: berpikir kritis merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk membuat keputusan yang masuk akal mengenai apa yang kita percayai dan apa yang kita kerjakan. Berpikir kritis merupakan salah satu tahapan berpikir tingkat tinggi. Costa (Liliasari, 2000: 136) mengkategorikan proses berpikir kompleks atau berpikir tingkat tinggi kedalam empat kelompok yang meliputi pemecahan masalah (problem solving), pengambilan keputusan (decision making), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking) (diakses tanggal 5 September 2010 melalui www.khusnuridlo.com/2010/07/pengertian-berpikir.html).
Berpikir kritis diperlukan dalam kehidupan di masyarakat, karena dalam kehidupan di masyarakat manusia selalu dihadapkan pada permasalahan yang memerlukan pemecahan. Untuk memecahkan suatu permasalahan tentu diperlukan data-data agar dapat dibuat keputusan yang logis, dan untuk membuat suatu keputusan yang tepat, diperlukan kemampuan berpikir kritis yang baik.
Karena begitu pentingnya, berpikir kritis pada umumnya dianggap sebagai tujuan utama dari pembelajaran. Selain itu berpikir kritis memainkan peranan yang penting dalam banyak macam pekerjaan, khususnya pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan berpikir analitis (Watson dan Glaser (1980:1)). Pendapat tersebut sesuai pula dengan tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah seperti tertuang baik dalam Kurikulum 1994 maupun Kurikulum 2004, yang bertujuan agar siswa dapat menggunakan matematika sebagai cara bernalar (berpikir logis, kritis, sistematis, dan objektif) yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah, baik masalah dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan(diakses tanggal 5 September 2010 melalui www.khusnuridlo.com/2010/07/pengertian-berpikir.html).
Menurut Krulik dan Rudnick (1995: 2) penalaran meliputi berpikir dasar (basic thinking), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking). Terdapat delapan buah deskripsi yang dapat dihubungkan dengan berpikir kritis, yaitu menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari sebuah situasi atau masalah, memfokuskan pada bagian dari sebuah situasi atau masalah, mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi, mengingat dan menganalisis informasi, menentukan masuk akal tidaknya sebuah jawaban, menarik kesimpulan yang valid, memiliki sifat analitis dan refleksif.
Beberapa kemampuan yang dikaitkan dengan konsep berpikir kritis, adalah kemampuan-kemampuan untuk memahami masalah, menyeleksi informasi yang penting untuk menyelesaikan masalah, memahami asumsi-asumsi, merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan yang valid dan menentukan kevalidan dari kesimpulan-kesimpulan (Dressel dan Mayhew) (Watson dan Glaser, 1980:1).(diakses tanggal 5 September 2010 melalui www.khusnuridlo.com/2010/07/pengertian-berpikir.html)
Namun demikian, sesungguhnya kemampuan berpikir kreatif pada dasarnya dimiliki semua orang. Berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan gagasan-gagasan baru dan orisinil. Bahkan pada orang yang merasa tidak mampu menciptakan ide baru pun sebenarnya bisa berpikir secara kreatif, asalkan dilatih(kuliah.dagdigdug.com/2008/07/06/berpikir-kreatif/diakses tanggal 25 Agustus 2010).
C. Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri.
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip – prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).
2. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
3. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
4. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
2. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pengembangan kurikulum dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu : (1) pendekatan top-down the administrative model dan (2) the grass root model.
1. The administrative model;
Model ini merupakan model pengembangan kurikulum yang paling lama dan paling banyak digunakan. Gagasan pengembangan kurikulum datang dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi. Dengan wewenang administrasinya, membentuk suatu Komisi atau Tim Pengarah pengembangan kurikulum. Anggotanya, terdiri dari pejabat di bawahnya, para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan. Tugas tim ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum. Selanjutnya administrator membentuk Tim Kerja terdiri dari para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, dan guru-guru senior, yang bertugas menyusun kurikulum yang sesungguhnya yang lebih operasional menjabarkan konsep-konsep dan kebijakan dasar yang telah digariskan oleh Tim pengarah, seperti merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional, memilih sekuens materi, memilih strategi pembelajaran dan evaluasi, serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum bagi guru-guru. Setelah Tim Kerja selesai melaksanakan tugasnya, hasilnya dikaji ulang oleh Tim Pengarah serta para ahli lain yang berwenang atau pejabat yang kompeten. Setelah mendapatkan beberapa penyempurnaan dan dinilai telah cukup baik, administrator pemberi tugas menetapkan berlakunya kurikulum tersebut. Karena datangnya dari atas, maka model ini disebut juga model Top – Down. Dalam pelaksanaannya, diperlukan monitoring, pengawasan dan bimbingan. Setelah berjalan beberapa saat perlu dilakukan evaluasi.
2. The grass root model;
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Model pengembangan kurikulum yang pertama, digunakan dalam sistem pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan model grass roots akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Dalam model pengembangan yang bersifat grass roots seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum. Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum. Apabila kondisinya telah memungkinkan, baik dilihat dari kemampuan guru-guru, fasilitas biaya maupun bahan-bahan kepustakaan, pengembangan kurikulum model grass root tampaknya akan lebih baik. Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya. Pengembangan kurikulum yang bersifat grass roots, mungkin hanya berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi mungkin pula dapat digunakan untuk seluruh bidang studi pada sekolah atau daerah lain. Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralistik dengan model grass rootsnya, memungkinkan terjadinya kompetisi dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan, yang pada gilirannya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif.
Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tampaknya lebih cenderung dilakukan dengan menggunakan pendekatan the grass-root model. Kendati demikian, agar pengembangan kurikulum dapat berjalan efektif tentunya harus ditopang oleh kesiapan sumber daya, terutama sumber daya manusia yang tersedia di sekolah (akhmadsudrajat.wordpress.com/…/model-pengembangan-kurikulum/).
Berdasarkan panduan pengembangan pembuatan RPP untuk mengimplementasikan pogram pembelajaran yang sudah dituangkan di dalam silabus, guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan pegangan bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan
untuk setiap Kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam
RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran
dalam upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar.Dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan Standar Kompetensi yang memayungi Kompetensi Dasar yang akan disusun dalam RPP-nya. Di dalam RPP secara rinci harus dimuat Tujuan Pembelajaran,Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian.
RPP dapat didefenisikan rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai suatu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi yang dijabarkan dalam silabus(www.slideshare.net/…/4-pengembangan-rpp – Amerika Serikat).
Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan ke¬giatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Metode pembelajaran, digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembela¬jaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemi¬lihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situ¬asi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran
PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN RPP
- Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
- RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
- Mendorong partisipasi aktif peserta didik
- Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, krea¬tivitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar
- Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran dirancang untuk mengembang¬kan kegemaran membaca, pemahaman beragam ba¬caan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan
- Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
- RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
- RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, ke¬giatan pembelajaran, indikator pencapaian kompeten¬si, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengako¬modasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegra¬si, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. (wwwnuansamasel.blogspot.com/…/panduan-pengembangan-rpp.html).
D. Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran.
Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Desain pembelajaran menunjuk kepada kita cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun(akhmadsudrajat.wordpress.com/…/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/).
Bab III
Penutup
A.Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan agar harapan kita untuk meningkatkan siswa yang berpikir krtis dan kreatif.
B.Saran
Guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada dan dapat mendukung meningkatnya siswa berpikir kritis dan kreatif.
DAFTAR PUSTAKA
akhmadsudrajat.wordpress.com/…/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran
akhmadsudrajat.wordpress.com/…/model-pengembangan-kurikulum
kuliah.dagdigdug.com/2008/07/06/berpikir-kreatif/diakses tanggal 25 Agustus 2010
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif,file.upi.edu/ai.php?…File%2024%20Kemampuan%20Berpikir%20Kritis%20dan%20Kreatif%20…diakses pada tanggal 14 September 2010
kemampuan berpikir kritis, kreatif dan proaktif,2008,diakes tanggal 16 September 2010 melalui http://www.smartfm.co.id/
wwwnuansamasel.blogspot.com/…/panduan-pengembangan-rpp.html
www.slideshare.net/…/4-pengembangan-rpp – Amerika Serikat
www.khusnuridlo.com/2010/07/pengertian-berpikir.html diakses tanggal 5 September 2010

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBERIAN REINFORCEMENT SISWA KELAS VII-4 SMP NEGERI 1 TEBING TINGGI”

ABSTRAKS
SALAMAH. Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Dalam Pembelajaran IPA Melalui Pemberian Reinforcement Siswa Kelas VII-4 SMP Negeri Tebing Tinggi: SMP Negeri 1 Tebing Tinggi, 2007. Materi yang diajarkan adalah Pengelompokan Makhluk Hidup dan Ekosistem. Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui sejauhmanakah peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran IPA dengan pemberian reinforcement. Manfaat penulisan adalah bagi siswa dapat meningkatkan minat dan motivasi dalam belajar yang berakibat meningkatkan prestasi belajarnya, bagi guru sebagai salah satu bahan masukan untuk mengaktifkan minat siswa dalam pembeklajaran IPA, bagi sekolah sebagai umpan balik untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Hasil yang didapat terdapat peningkatan motivasi belajar dalam pembelajaran IPA melalui reinforcement siswa kelas VII-4 SMP Negeri 1 Tebing Tinggi
Kata Kunci: Peningkatan, Motivasi , Reinforcement.